Minggu, 10 September 2017

Hakikat Bahasa dan Studi Bahasa

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Hakikat Bahasa dan Fungsi Bahasa“ ini dengan lancar.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen. Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang penulis peroleh dari buku panduan yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Serta infomasi dari media massa yang berhubungan dengan materi.
Tak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada dosen pengajar. Atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga kepada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini. Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai “Hakikat Bahasa dan Fungsi Bahasa” khususnya bagi penulis.
Akhirnya penulis menyadari bahwa makalah ini memang masih jauh dari sempurna, untuk itu kami dengan senang hati menerima kritik dan saran yang dimaksudkan untuk penyempurnaan makalah ini.
                                                                             Makassar, 5 Oktober 2016

                                                                                         Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................  i
KATA PENGANTAR ..................................................................................  ii
DAFTAR ISI ................................................................................................  iii
BAB    I   PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang........................................................................ 1
B.     Rumusan Masalah ..................................................................  2
C.     Tujuan ....................................................................................  2
BAB   II   PEMBAHASAN
A.    Pengertian dan Penjelasan Hakikat Bahasa............................ 3
B.     Pengertian Dan Penjelasan Tentang Studi Bahasa Dan Linguistik Sebagai Ilmu      16
BAB   III  SIMPULAN DAN SARAN
A.    Simpulan................................................................................ 29
       Saran


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bahasa adalah salah satu identitas sebuah bangsa demikian juga halnya dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki dialek oleh karena seperti bahasa Indonesia terdiri dari latar belakang etnis, budaya, dan bahasa yang berbedabeda, seperti bahasa Indonesia, Batak, Jawa, dan lain- lain. Bahasa sebagai alat komunikasi yang dipergunakan oleh masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.
  Dalam mekanisme pengertian dan karakteristik hakikat, fungsi, dan karakteristik terdapat beberapa pengertian, istilah, dan penjelasan. Dimana semua itu dapat menjelaskan dengan rinci pemecahan masalah tersebut.
             Pemecahan masalah tersebut sebagai upaya untuk mengimbangi dan meningkatkan ilmu pengetahuan mahasiswa atau masyarakat umum. Disisi lain penyusunan makalah ini bertujuan untuk menyelesaikan tugas atau kewajiban sebagai mahasiswa.
Bahasa merupakan alat komunikasi yang berupa sistem lambang bunyi yang dihasilkan alat ucap manusia. Bahasa terdiri atas kata-kata atau kumpulan kata. Masing-masing mempunyai makna, yaitu, hubungan abstrak antara kata sebagai lambang dengan objek atau konsep yang diwakili kumpulan kata atau kosakata itu oleh ahli bahasa disusun secara alfabetis, atau menurut urutan abjad,disertai penjelasan artinya dan kemudiandibukukan menjadi sebuah kamus.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah dari makalah ini adalah : 
1.      Apa yang dimaksud hakikat bahasa dan studi bahasa ?
2.      Apa ciri-ciri bahasa itu ?

C.    Tujuan
Sesuai dengan rumusan masalah diatas, tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1.      Untuk mengetahui hakikat bahasa dan studi bahasa.
2.      Untuk mengetahui ciri-ciri bahasa.












BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Dan Penjelasan Tentang Hakikat Bahasa
            Apa yang dilakukan oleh orang-orang ketika mereka bersama ? ketika mereka bermain, bertanding, mengatakan cinta atau memacu mobil balapnya ? mereka saling berbicara. Kita hidup dalam dunia kata-kata. Kita berbicara pada teman, perkumpulan, pasangan atau kepada guru. Ketika berbicara dengan cara bertemu muka atau melalui telepon.kebanyakan orang melakukan tanggapan dengan berbicara, alhasil, setiap masalah dalam kehidupa kita tidak pernah lepas dari menggunakan kata-kata, dan bahkan dalam memimpin kita menggunakan kata-kata. Kita juga kadang-kadang berbicara meskipun tidak ada orang lain. Beberapa diantara kita berbicara keras ketika tidur.
            Penguasaan terhadap bahasa, melebihi atribut apa pun, serta membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Untuk memahami kemanusiaan kita, orang harus memahami atau mengetahui bahasa yang menjadikan kita sebagai manusia. Di beberapa penduduk Afrika, anak yag baru lahir di sebut a kuntu, artinya ‘sebuah barang’dan bukan a muntu, yang berarti pribumi’ atau person. Haya dengan mempelajari bahasa anak dapat menjadi manusia. Oleh karena itu, menurut kepercayaan ini kita semua menjadi “manusia” karena kita setidak-tidaknya menguasai (mengetahui) sebuah bahasa. Tetapi apakah artinya mengetahui sebuah bahasa itu ?
            Dalam masyarakat kita (Indonesia), kata  bahasa  sering dipergunakan dalam berbagai konteks dan berbagai makna. Ada yang berbicara tentang bahasa warna, bahasa bunga, bahasa computer, bahas diplomas, bahasa militer, bahasa politik dan sebagainya. Disamping itu dalam kalangan terbatas, terutama dalam kalangan orang yang mendalami seluk beluk bahasa, ada sejumlah sebutan bahasa, seperti bahasa lisan, bahasa tulisan dan bahasa tutur.
            Pemakaian kata bahasa pada sebutan bahasa lisan, bahasa tulisan, dan bahasa tuturan, menunjukkan kajian seluk beluk bahasa, dengan pengertian yang lebih khusus.
Di sisi yang dimaksudkan dengan bahasa adalah system lambing bunyi yag arbitrer yang dipergunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasi diri.
Pengertian dan penjelasan tentang ciri bahasa
Terdapat sebelas butir informasi mengenai bahasa. Berikut ini diuraikan secara berturut-turut mulai dari ciri pertama hingga ciri kesebelas.
1.      Bahasa adalah sebuah sistem
Sebagaimana sistem yang lain, bahasa terdiri atas unsur-unsur yang tersusun secara teratur, bahasa bukanlah sebuah unsur yang terkumpul secara acak atau secara tak beraturan. Unsur-unsur bahasa diatur seperti pola-pola yang berulang, sehingga salah satu unsur saja tidak muncul, keseluruhan unsur itu tidak dapat diramalkan (diduga) kehadirannya. Sebagai contoh bila kita menemukan kalimat Bibi mem…dua buah…
Dengan segera kita dapat meramalkan apa is titik-titik sesudah mem- dan sesudah buah. Dengan kata lain, dalam bahasa terdapat satuan-satuan yang berkombinasi dengan aturan-aturan yang dapat diramalkan atau dapat dikatakan lebih jauh bahwa bahasa itu sistematis. Di samping itu, dapat pula dinyatakan bahwa bahas terdiri dari subsitem-subsistem. Artinya bahasa bukanlah sistem tunggal. Bahasa terdiri dari tiga subsistem yaitu subsistem fonologi, subsistem, gramatikal, dan subsistem leksikal. Agak berbeda dengan subsistem yang lain, subsistem bahasa tersusun secara hierarkis.
Jenjang subsistem ini dalam linguistik di kenal dengan nama tataran linguistik atau tataran bahasa. Apabila diurutkan dari tataran terendah sampai tataran tertinggi, dalam hal ini yag menyangkut ketiga subsistem bahasa di atas yaitu, tataran fonem,morfem, klausa, kalimat dan wacana. Tataran fonem masuk kedalam bidang kajian fonologi; tataran morfem dan kata termasuk kedalam bidang kajian morfologi; tataran frase, klausa dan kalimat termasuk kedalam bidang kajian sintaksis. Dalam morfologi, kata menjadi satuan terbesar, sedangkana dalam sintaksis menjadi satuan terkecil. Dalam kajian morfologi, kata dikaji struktur dan proses pembenukannya, sedangkan dalam sintaksis dikaji sebagai unsur pembentuk satuan sintaksis yang lebih besar.
Secara hierarki, tataran bahasa itu dapat dibagankan menjadi seperti berikut:
Wacana
Kaliamt
Klausa
Frase
   Kata
Morfem
Fonem
   Fon
                       Wacana
                Klausa
               
                      Morfologi


                      Fonologi
2.      Bahasa sebagai lambang
Kata lambang sudah sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dalam hal bendera negara kita, Sang Saka Merah Putih, sering dikataka bahwa warna merah adalah lambang keberanian dan warna pitih adalah lambang kesucian. Atau gambar rantai pada Garuda Pancasila yang merupakan lambang persatuan; serta gambar banteng sebagai lambang asas kedaulatan rakyat. Kata lambang sering disamakan dengan kata simbol dengan pengertian yang sama. Lambang dengan berbagai seluk beluknya termasuk dalam bidang yang disebut ilmu semiotika atau semiologi, yaitu ilmu yang mempelajari tanda-tanda yang ada dalam kehidupan manusia, termasuk bahasa. Dalam semiotika atau semiologi dibedakan adanya beberapa jenis tanda, yaitu tanda (sign), lambang (simbol), sinyal (signal), gejala (symptom), gerak isyarat (gesture), kode, indeks dan ikon.
Perlu dibedakan antara lambang dan tanda. Tanda, selain dipakai sebagai istilah umum, adalah sesuatu yang dapat menandai atau mewakili ide, pikiran, perasaan benda atau tindakan. Misalnya kalau dikejauhan tanpak ada asap mendung gelap dan tebal, maka itu merupakan tanda akan turunnya hujan. Tanda bisa juga menandai bekas kejadian. Kalau kita melihat rumput dipekarangan basah, itu menjadi tanda telah turun hujan.
Lambang atau simbol tidak bersifat langsung dan alamiah. Lambang menandai sesuatu yang lain secara konvensional, tidak secara alamiah dan langsung. Misalnya, kalau dimulut gang atau jalan di Jakarta ada bendera kuning maka kita akan tahu di daerah itu atau di jalan itu ada orang meninggal. Mengapa ? Karena secara konvensional bendera kuning di jadingan tanda adanya kematian.
Untuk memahami lambang ini tidak ada jalan lain selain harus mempelajarinya. Orang yang belum mengenal lambang itu, tidak akan tahu apa-apa mengenai arti lambang itu. Pada segi lain mungkin barang yang sama di pakai  untuk menandai atau melambangkan hal yang lain. Misalnya, bendera kuning, yang dipakai untuk melambangkan kematian, ternyata dipakai juga menjadi lambang kepresidenan. Karena itu, lambang sering di sebut bersifat arbitrer (tidak ada hubungan wajib), sebaliknya, tanda seperti mendung, yang sudah dibicarakan diatastidak bersifat arbitrer.
Dalam kehidupannya, manusia memang selalu menggunakan lambang atau simbol. Hamper tidak ada kegiatan yang tidak terlepas dari simbol. Termasuk alat komunikasi verbal yang disebut bahasa. Satuan-satuan bahasa, misalnya kata, adalah simbol atau lambang. Lambang-lambang bahasa di wujudkan dalam bentuk bunyi, yang berupa satuan-satuan bahasa, seperti kata atau gabungan kata. Mengapa kata, sbagai satuan bahasa, disebut lambang bahasa yang berwujud ? Bunyi [kuda] dengan rujukannya yaitu sekor binatang berkaki empat yang biasa di tunggangi, tidak ada hubungannya sama sekali, dan tidak ada cirri alamiahnya sedikit pun.
Agar menjadi lebih jelas apa yang dimaksud dengan lambag itu, marilah kita bicarakan tanda-tanda lain yang menjadi objek kajian semiotika, sebagai bahan perbandingan. Tanda-tanda dalah sinyal, gerak isyarat (gesture), gejala, kode, indeks dan ikon. Yang dimaksud dengan sinyal atau isyarat adala tanda yang disengaja, yang dibuat agar sipenerima melakukan sesuatu. Jadi, sinyal ini dapat bermakna perintah. Misalnya letusan pistol dalam lomba lari. Letusan pistol merupakan sinyal atau isyarat bagi para pelari untuk melakukan tindakan: lari.
Gerakan isyarat atau gesture adalah tanda yang dilakukan dengan gerakan anggota badan. Gerak isyarat ini mungkin merupakan tanda; mungkin juga merupakan simbol. Contohnya, seorang manusia menganggukkan kepala untuk mengatakan persetujuan atau penolakan (ada budaya yang menyatakan persetujuan dengan mengangguk tetapi ada juga yag menyatakan penolakan dengan mengangguk). Itu adalah simbol karena sifatnya yang arbitrer.
Gejala atau symptom adalah suatu tanda yang tidak disengaja, yang dihasilkan tanpa maksud, untuk menunjuk bahkan sesuatu akan terjadi. Gejala tidak menunjukkan sesuatu yang sudah atau sedang terjadi, tetapi yang akan terjadi. Gejala sebenarnya agak mirip dengan tanda hanya saja gejala itu agak terbatas, sebab tidak semua orang bias menjelaskan artinya atau apa yang akan terjadi nanti, sedangkan tanda itu berlaku umum.
Ikon adalah tanda yang paling mudah dipahami karena kemiripannya dengan sesuatu yang diwakili. Karena itu, ikon sering juga di sebut gambar dan wujud yang diwakili. Misalnya, denah jalan, gambar bangunan, tiruan benda atau alam, baik dengan bahan kertas, batu logam dan sebagainya.
Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya sesuatu yang lain, misalnya tulisan “jalan ke puri” yang merupakan petunjuk arah ke goa. Tanda terakhir yag kita bicarakan adalah kode. Ciri kode sebagai tanda adalah adanya sistem, baik yang berupa symbol, sinyal, maupun gerak isyarat yang dapat mewakili pikiran, perasaan, ide, benda, dan tindakan yang disepakati untuk maksud tertentu. Bahasa rahasia yang digunakan oleh sekelompok petugas keamanan dalam melaksanakan tugasnya tentunya mempunyai sistem. Oleh karena itu, bahasa rahasia itu bisa juga di sebut sebagai kode (kode dalam alih kode dan campur kode).  
3.      Bahasa adalah bunyi
Secara teknis, menurut Kridalaksana bunyi adalah kesan pada pusat saraf sebagai akibat dan getaran gendang telinga yang bereaksi karena perubahan-perubahan dalam tekanan udara. Bunyi ini bisa bersumber antara lain pada alat suara pada manusia. Bunyi bahasa atau bunyi ujaran (speech sound) adalah satuan bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia yang didalam fonetik diamati sebagai “fon” dan didalam fonemik adalah “fonem” (tentang fon, fonetik, fonem, dan fonemik akan dibicarakan kemudian).
Kalau bahasa itu berupa bunyi, bagaimanakah masalahnya dengan bahasa tulisan ? Bahasa tulisan sebenarnya hanyalah rekaman dari bahasa lisan. Jadi, bahasa yang seharusnya dilisankan atau diucapkan dalam bahasa  tulisan diganti dengan huruf-huruf dan tanda-tanda lain menurut suatu sistem aksara.
Bahwa hakikat bahasa adalah bunyi atau bahasa lisan., dapat kita amati sampai kini banyak sekali bahasa di dunia ini, termasuk bahasa Indonesia, yang hanya mempunyai bahasa lisan, karena bahasa-bahasa tersebut tidak atau belum mengenal sistem aksara.
4.      Bahasa Itu Bermakna
sudah dijelaskan bahwa bahasa itu adalah system lambang yang berwujud bunyi. Sebuah lambang tentu melambangkan sesuatu,yaitu suatu pengertian,suatu konsep,suatu ide,atau pikiran. Dapat dikatakan bahwa bahasa itu mempunyai makna. Misalnya lambang bahasa yang berwujud bunyi [kuda]. Lambang ini mengacu pada konsep sejenis binatang berkaki empat yang biasa ditunggangi. Kemudian,konsep tadi  dihubungkan dengan benda yang ada dalam dunia nyata. Jadi,lambang berbunyi [kuda] mengacu pada konsep”binatang berkaki empat biasa ditunggangi”.
lambang berbunyi [kuda] mengacu kepada benda konkret di alam nyata,tetapi lambang bunyi [agama] dan [adil] tidak mengacu kepada benda kontret. Lebih umum dikatankan lambang berbunyi tersebut tidak punya referen atau tidak punya rujukan.
Lambang-lambang berbunyi bahasa yang bermakna berupa satuan-satuan bahasa yang berwujud morfem,kata,frase,klausa,kalimat,dan wacana.Semua satuan tersebut memiliki makna.
Karena bahasa itu bermakna,maka segala ucapan yang tidak bermakna dapat disebut bukan bahasa.
5.      Bahasa itu Arbitrer
Yang dimaksud dengan istilah arbitrer adalah tidak adanya hubungan wajib antara lambang bahasa (yang berwujud berbunyi itu)dengan konsep atau penegrtian yang terkandung dalam lambang tersebut. Umpanya,antara [kuda] dengan yang dilambangkanya,yaitu “sejenis binatang berkaki empat yang biasa ditunggangi”. Kita tidak dapat menjelaskan mengapa bintang tersebut dilambangkan dengan bunyi [kuda].
Apabila ada hubungan wajib antara lambang dengan yang dikembangkanya,tentu lambang dalam bahasa Indonesia berbunyi [kuda],akan disebut juga [kuda] oleh orang Inggris,dan bukannya [horser]. Lalu,apabila ada hubungan wajib antara lambang dengan yang dillambangkanya,maka dimuka bumi ini tidak aka nada bermacam-macam bahasa. Tentu hanya ada satu bahasa,yang meskipun berbeda,tetapi perbedaanya terlalu banyak.
6.      Bahasa itu Konversional
Penggunaan suatu lambang untuk suatu konsep tertentu bersifat konversional.Artinya semua anggota masyarakat bahasa itu mematuhi konversi bahwa lambang tertentu digunakan untuk mewakili konsep yang diwakilinya. Misalnya binatang berkaki empat yang biasa ditunggangi,yang secara  arbitrer dilambangkan dengan berbunyi [kuda],maka anggota masyarakat bahasa Indonesia. Kalau konversi itu tidak dipatuhinya,dan lambang itu digantinya dengan lambang lain,maka komunikasi akan terlambat,karena tidak dapat dipahami oleh penutur bahasa.
Konversionalan bahasa terletak pada kepatuhan penutur bahasa untuk menggunakan lambang itu sesuai dengan konsep yang dilambangkanya.
7.      Bahasa itu produktif
Bahasa itu dikatakan produkti,maksudnya meskipun unsur-unsur bahasa itu terbatas,namun dapat dibuat satuan-satuan bhasa yang jumlah tidak terbatas,meski secara relative,sesuai dengan sistem yang berlaku dalam bahasa itu.
Produktivitas bahasa Indonesia dapat juga dilihat pada jumlah kalimat yang dapat dibuat. Dengan kosakata,yang menurut pusat bahasa hanya berjumlah lebih kurang 90.000 buah,kita dapat membuat kalimat bahasa Indonesia yang mungkin puluhan juta banyaknya. Termasuk juga kalimat-kalimat yang belum pernah ada atau pernah dibuat orang. Kalau ingin coba,silahkan!
 Produktivitas pembentukan kata bahasa Indonesia dengan afiks-afiks tertentu tampaknya juga dibatasi oleh cirri-ciri inheren bentuk dasarnya,yang jauh ini belum dikaji orang. Miasalnya,prefik me lebih produktif,dari pada prefik di -,disebab prefik me-,dapat juga diimbuhkan pada dasar yang menyatakan keadaan atau sifat,sedangkan prefik di- tidak dapat diterima. Jadi,bentuk-bentuk seperti membengkok,menarik dan meninggi dapat diterima,sedangkan bentuk-bnetuk dibengkak,dinaik,dan ditinggi  tidak dapat dterima.
8.      Bahasa itu unik
Unik artinya ciri khas yang spesifik dan tidak dimiliki oleh bahasa yang lain.Lalu,kalau bahasa dikatan bersifat unik,maka artinya setiap bahasa mempunyia cirri khas masing-masing. Ciri khas itu bisa menyakut sistem bunyi,sistem pembuntukan kata,system pembuntukkan kalimat,atau sistem-sistem lainnya. Salah satu keunikan bahasa Indonesia bahwa tekanan kata tidak bersifat morfemis,melainkan sintaksi. Maksudnya,klau pada kata tertentu didalam kalimat kita berikan tekanan,maka makna kata itu tepat,yang berubah adalah makna keseluruhan kalimat.
Keunikan yang menjadi salah satu cirri bahasa ini terjadi pada tiap-tiap bahasa,seperti bahasa batak,bahasa jawa,bahasa inggris,atau bahasa cina. Apabila keunikan terjadi pada sekelompok bahasa yang berbeda dalam satu rumpun atau satu kelompok bahasa,lebih baik jangan  disebut keunikan,melainkan cirri dari rumpun atau golongan bahasa itu.
9.      Bahasa itu universal
Selain bersifat unik,yakni mempunyai sifat atau cirri masing-masing,bahasa juga bersifat universal. Artinya,ada ciri-ciri yang sama yang memilki oleh setiap bahasa yang ada didunia ini. Ciri –ciri yang universal ini tentunya merupakan unsur bahasa yang paling umum,yang bisa dikaitkan dengan ciri-ciri atau sifat-sifat bahasa lain.
Ciri universal dari bahasa yang paling umum adalah bahwa bahwa bahasa mempunyain bunyi bahasa yang terdiri dari vocal dan konsonan,sedangkan bahasa Indonesia,mempunyai 6 buah vocal dan 22 buah konsonan,sedangkan bahasa arab mempunyai 3 buah vocal pendek  dan 3 buah vocal panjang serta 28 buah  konsonan,dan bahasa inggris memiliki 16 buah vocal (termasuk diftong) dan 24 buah konsonan. Bukti lain keuniversalan bahasa adalah bahwa setiap bahasa mempunyai satuan-satuan bahasa yang bermakna,yaitu kata,frase,klause,kalimat,danwacana.
10.  Bahasa itu bervariasi
Setiap bahasa digunakan oleh sekelompok orang yang termasuk dalam suatu masyarakat bahasa.
Anggota masyarakat suatu bahsa biasanya terdiri dari berbagai orang dengan berbagai sattus social dan berbagai latar belakang budaya yang tidak sama. Anggota masyarakat bhasa itu ada yang berpendidikan dan ada yang tidak;ada yang tinggal dikota dan ada yang tinggal di desa;ada orang dewasa dan ada pula anak-anak. Ada yang berprofesi sebagai dokter,petani,pegawai kantor,nelayan,dan sebagainya. Oleh karena latar belakang dan lingkunganya yang tidak sama,maka bahsa yang mereka gunakan menjadi bervariasi atau beragam. Variasi atau ragam yang satu dengan yang lain seringkali mempunyai perbedaan yang besar.
Ada tiga istilah yang perlu diketahui,yaitu idiolek,dialek,dan ragam. Idiolek adalah variasi atau ragam bahasa yang bersifat perseorangan,karena setiap orang mempunayai cirri khas bahasa masing-masing itu.
Dialek adalah variasi bahasa digunakan oleh kelompok anggota masyarakat pada suatu tempat atau suatu waktu. Misalnya,di Indonesia kita mengenal adanya bahsa jawa dialek banyumas,bahasa  jawadialek Tegal,bhasa jawa dialek Surabaya,dan sebagainya. Variasi bahasa berdasarkan tempat ini lazim disebut dengan nama dialek regional,dialek areal,atau geografis. Variasi bahasa yang digunakan pada masa tertentu,misalnya bahasa Indonesia zaman balai pustaka dan bahasa Indonesia zaman Abdullah bin Abdul Kadir Munsyi,lazim disebut dialek temporal atau juga kronolek. Sedangkan variasi bahasa yang digunakan sekelompok anggota masyarakat dengan status sosial tertentu disebut dialek sosial atau sosiolek.
11.  Bahasa Itu Identitas Suatu Kelompok Sosial
Di antara cirri-ciri budaya yang ada,bahasa adalah cirri pembeda yang paling menonjol,karena lewat bahasa tiap kelompok sosial merasa dirinya sebagai kesatuan yang berbeda dari kelompok lain. Dalam kelompok tertentu,orang menganggap bahasa sebagai indentitas social lebih penting dari pada bahasa sebagai system. Misalnya,bahasa cina menggambarkan perilaku orang-orang cina atau sebagai ciri bangsa cina.mungkin juga bahasa Indonesia merupakan identitas bagi bangsa Indonesia.
B.     Pengertian Dan Penjelasan Tentang Studi Bahasa Dan Linguistik Sebagai Ilmu
1.      Studi Bahasa Dan Ilmu Linguistik
Pada dasarnya setiap ilmu,termasuk ilmu linguistic,telah mengalami tiga tahap perkembangan ilmu. Tahap pertama,yaitu spekulasi. Dalam tahapa ini,pembicraan mengenai suatu dan cara mengambil kesimpulan dilakukan dengan sikap spekulatif. Artinya,kesimpulan itu dibuat tanpa didukung oleh bukti-bukti empiris dan dilaksanakan tanpa menggunakan prosedur-prosedur tertentu.
Dalam studi bahasa sebelumnya,orang mengira bahwa semua bahsa di dunia ini diturunkan dari bahasa Ibrani,maka juga orang mengira Adam dan Hawa memakai bahasa Ibrani di Taman Firdaus. Suku dayak Iban di Kalimantan mempunyai legenda yang menyatakan bahwa pada zaman dahulu manusia hanya punya satu bahasa. Akan tetapi karena meraka keracunan cendawan kemudian berbicara dlam berbagai bahasa,sehingga timbul kekacauan dalam manusia berpencar kegala penjuru dunia. Bahwa sampai akhir abad ke-17 menurut seorang Filsuf Swedia,Adam berbicara dalam bahasa Dermark dan ular berbicara dalam bahasa Perancis (Pei,1971:12).  Semuanya itu hanyalah spekulasi yang pada zaman sekarang sukar diterima.
Tahap kedua,adalah tahap observasi dan klasifikasi. Pada tahap ini,para ahli dibidang bahasa baru mengumpulkan dan menggolong-golongkan segala fakta bahasa teliti tanpa memberi kesimpulan apapun. Kebanyakan ahli sebelum perang kemerdekaan di Indonesia baru bekerja sampai tahap ini. Bahasa-bahasa di nusantara di daftarkan,ditlaan cirri-cirinya,lalu dikelompokkan berdasarkan kesamaan cirri yang dimiliki oleh bhasa-bahasa tersebut. Cara seperti ini belum dapat dikatakan “ilmiah”,sebab belum sampai pada penarikan suatu teori. Pada tahap ini,cara kerja tahap kedua ini tampak masih diperlukan bagi kepentingan dokumentasi kebahasaan. Pada tahap berikut barangkali bahasa-bahasa Nusantara yang belum terdokumentasikan itu dapat ditelaah dengan lebih seruis sacara ilmiah.
Tahap ketiga dalah tahap perumusan teori,pada tahap ini setiap disiplin ilmu berusaha memahami masalah-masalah dassar dan menunjukkan pertanyaan-pertanyaan mengenai masalah-masalah itu berdassarkan data empiris yang dikumpulkan. kemudian dalam tiap disiplin dirumuskan hipotesis atau hepotesi-hipotesis yang beruasaha menjawab pertayaa-pertanyaaan itu dan menyusun tes untuk menguji hipotsis-hipotesis terhadap fakta –fakta yang ada.
Disiplin linguistik dewasa ini sudah mengalami ketiga tahap di tasa. Artinya,disiplin lenguistik itu sekarang ini sudah  bisa dikatakan merupakn kegiatan ilmiah. Selain itu,bisa dikatakan ketidakspekulatifan dalam penarikan kesimpulan merupakan salah satu ciri ilmiah. Tindakan tidak spekulatif dalam menarik kesimpulan atau teori harus didasarkan pada data empiris,yakni data yang nyata ada,yang didapatkan dari alam yang wujudnya dapat diobservasi. Misalnya, seorang pakar ingin mengetahui bagaimana susunan kata dalam kalimatbahasa- bahasa di dunia. Dia menemukan bahwa verba atau kata kerja dalam bahasa Jepang terletak pada akhir kalimat. Lalu hal yang sama ditemukan juga dalam bahasa Turki dan dalam bahasa Irian Jaya. Dengan data ini dia dapat menyimpulkan bahwa posisi kata kerja atau verba pada bahasa- bahasa di dunia terletak pada akhir kalimat.
Kesimpulan yang diambil itu, berdasarkan data empiris yang ditemukannya, tidaklah salah. Hanya, kalau kemudian ditemukan dalam bahasa- bahasa lain, seperti bahasa Inggris dan bahasa Indonesia, bahwa verba tidak terletak diakhir kalimat,  maka dia harus mengubah ihannya bahasa lain yang terletak tidak pada akhir kalimat ”. Jadi, kesimpulan yang dibuat pada kegiatan ilmiah hanya berlaku selama belum ditemukannya data baru yang dapat membatalkan kesimpulan itu. Adalah wajar apabila orang bertanya tentang letak keilmiahan linguistik. Sebagaimana ilmu- ilmu yang lain, linguistik  sebagai ilmu harus memenuhi tiga syarat, yaitu keeksplisitan, sistematika, dan objektivitas.
Keeksplisitan dipenuhi dengan kriteria yang mendasari suatu penelitian atau kriteria peristilahan yang disusun dinyatakan secara jelas dan konsisten. Hal ini diperlukan untuk menandai objek yang ditelitinya. Misalnya jika kita menyelidiki kalimat bahasa Indonesia, kita tentukan dahulu kriteria analisisnya, serta peristilahan yang konsisten. Sebab hal tersebut syarat bagi pendekatan ilmiah. 
Untuk memenuhi syarat sistematik, setiap ilmu menyusun prosedur baku yang harus digunakan dalam pemilihannya dengan mengamati berbagai aspek dan menghubungkan dengan aspek- aspek lain. Misalnya ketika kita meneliti bunyi bahasa, kita mulai dengan menentukan dahulu apa yang dimaksud dengan vokal dan konsonan, kemudian meneliti bagian- bagian yang lebih besar, seperti morfem, kata, dan kalimat, serta wacana. Adapun syarat sistematika antara lain pengujian secara hipotesis, perkiraan, dan pendayagunaan tentang bahasa.
Syarat keilmiahan yang ketiga adalah objektivitas yang memiliki berbagai makna antara lain: sikap terbuka dalam analisis, sikap kritis dengan mencurigai setiap hipotesis sampai dapat dibuktikan dengan memadai, berhati- hati terhadap prasangka- prasangka, dan menggunakan prosedur standar yang telah ditentukan.
Dewasa ini linguistik telah menyusun teori tentang bahasa, linguistik mempergunakan metode induktif dan deduktif. Metode deduktif adalah proses yang berlangsung dari fakta ke teori, dan metode deduktif berlangsung teori ke fakta. Metode induktif berlangsung melalui empat tahap yaitu: pengamatan data, wawasan atas struktur data, perencanaan hepotesis, dan pengujian hipotesis.
Pendekatan bahasa sejalan dengan ciri- ciri hakiki bahasa dengan beberapa konsep, antara lain:
Pertama, karena bahasa pertama- tama adalah bunyi ujaran, maka linguistik melihat bahasa sebagai bunyi. Artinya bagi linguistik, bahasa lisan adalah yang primer, sedangkan bahasa tulisan hanya sekunder.
Kedua, karena bahasa itu bersifat unik,  maka linguistik tidak berusaha menggunakan kerangka suatu bahasa tertentu akan dikenakan pada bahasa lain.
Ketiga, karena bahasa adalah suatu sistem, maka linguistik mendekati bahasa bukan sebagai kumpulan unsur yang terlepas, melainkan sebagai kumpulan unsur yang satu dengan lainnya mempunyai hubungan.
Keempat, karena bahasa itu dapat berubah dari waktu ke waktu, sejalan dengan perkembangan sosial budaya masyarakat pemakainya, maka linguistik memperlakukan bahasa sebagai suatu yang dinamis. Karena itu linguistik mempelajari bahasa secara sinkronis dan diakronis. Secara sinkronis artinya mempelajari bahasa dengan berbagai aspeknya pada masa waktu atau kurun waktu yang tertentu atau terbatas, sedangkan secara diakronis artinya mempelajari bahasa dengan berbagai aspeknya dan perkembangannya dari waktu ke waktu, sepanjang pemakaian bahasa itu.
Kelima, karena sifat empirisnya, maka linguistik mendekati bahasa secara deskriptif dan tidak secara perspektif artinya yang penting dalam linguistik adalah apa yang sebenarnya diungkapkan oleh seseorang ( sebagai data empiris ) dan bukan apa yang menurut si peneliti seharusnya diungkapkan.
2.      Pembidangan Linguistik
Objek linguistik merupakan fenomena yang tidak dapat dilepaskan dari segala kegiatan bermasyarakat, yang cakupannya sangat luas, maka pembidangan ilmu linguistik itu sangat banyak. Pembidangan linguistik berdasarkan ( a ) objek kajiannya adalah bahasa pada umumnya atau bahasa tertentu ( b ) objek kajiannya adalah bahasa pada masa tertentu atau sepanjang masa ( c ) objek kajiannya adalah struktur internal bahasa itu, dalam kaitannya dengan berbagai faktor diluar bahasa ( d ) tujuan pengkajiannya apakah untuk keperluan teori belaka atau tujuan terapan, dan ( e ) teori atau aliran yang digunakan untuk menganalisis objeknya.
a.      Berdasarkan cakupan objek kajiannya, dibedakan menjadi linguistik umum dan linguistik khusus.
Linguistik umum adalah linguistik yang mengkaji kaidah- kaidah secara umum yaitu penyataan- pernyataan teoritis yang dihasilkan berkaitan bahasa pada umumnya, bukan kaidah- kaidah tertentu, sedangkan linguistik khusus berusaha mengkaji kaidah- kaidah bahasa yang berlaku pada bahasa tertentu, bahasa Inggris, bahasa Indonesia, atau bahasa Jawa.
b.      Bardasarkan kurun waktu objek kajiannya, dibedakan adanya linguistik sinkronis dan linguistik diakronis.
Linguistik sinkronis mengkaji bahasa pada kurun waktu tertentu. Misalnya, mengkaji bahasa Indonesia pada masa Balai Pustaka, bahasa Jawa pada masa kini, atau juga bahasa Inggris pada zaman William Shakespeare. Studi linguistik sinkronis ini biasa disebut juga studi linguistik deskriptif, karena berupaya mendeskripsikan bahasa secara apa adanya.
Lingustik diakronis berupaya mengkaji bahasa pada masa yang tidak terbatas.
Kajian linguistik diakronis ini disebut juga historis dan komparatif. Tujuan linguistik diakronis adalah untuk mengetahui sejarah struktur bahasa itu beserta dengan segala bentuk perubahan dan perkembangannya.
c.       Berdasarkan hubungan dengan faktor di luar bahasa, objek kajiannya dibedakan menjadi linguistik mikro dan linguistik makro.
Linguistik mikro ( mikrolinguistik ) mengarahkan kajiannya pada struktur internal bahasa tertentu atau subsistem bahasa tertentu, maka dalam linguistik mikro terdapat pembidangan fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan leksiologi.
Fonologi menyelidiki ciri- ciri bunyi bahasa, cara terjadinya dan fungsinya dalam sistem kebahasaan secara keseluruhan, morfologi menyelidiki struktur katabagian- bagiannya, serta cara pembentukannya, sintaksis menyelidiki satuan- satuan kata dan satuan- satuan lain di atas kata, hubungan satu dengan yang lainnya, serta cara penyusunannya sehingga menjadi satu  ujaran, morfologi dan sintaksis berada dalam satu bidang gramatikal atau tata bahasa, semantik menyelidiki makna bahasa baik yang bersifat leksikal, gramatikal, maupun kontekstual, sedangkan leksikologi menyelidiki leksikon atau kosa kata suatu bahasa dan berbagai aspek.
Linguistik makro menyelidiki bahasa dalam kaitannya dengan faktor- faktor di luar bahasa. Pembagian linguistik makro antara lain sosiolinguistik, psikolinguistik, antropolinguistik, etnolinguistik, stilistika, filologi, dialektologi, fisafat bahasa, dan neurolinguistik.
     Sosiolinguistik adalah subdisilin linguistik yang mempelajari penggunaan bahasa di masyarakat. Dalam sosiolinguistik dibicarakan pengguna dan penggunaan bahasa, tempat pengguna bahasa, tata tingkat bahasa, berbagai akibat karena adanya kontak dua buah bahasa atau lebih dan ragam serta waktu pemakai ragam bahasa itu. Sosiolinguistik ini merupakan ilmu interdisipliner antara sosiologi dan linguistik. Psikolinguistik adalah sudisiplin linguistik yang mempelajari hubungan bahasa dengan perilaku dan akal budi manusia, termasuk bagaimana kemampuan bahasa itu diperoleh.Jadi, psikolinguistik ini merupakan ilmu interdisipliner antara psikologi dan linguistik.   Antara psikologi dan linguistik. Antropolinguistik adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari hubungan bahasa dan budaya dan pranata budaya manusia. Bisa juga dikatakan menggunakan cara-cara linguitik dalam penyelidikan antropologi budaya. Antropolinguistik  merupakan ilmu interdisipliner antar antropologi, dan linguistik yang mempelajari bahasa yang digunakan dalam bentuk-bentuk karya sastra, jadi statistika adalah ilmu interdespliner antara linguistik dan ilmu kesusastraan. Filologi adalah subdisiplin linguistik yang pempelajari bahasa, kebudayaan, pranata, dan sejarah suatu bangsa dalam terdapat dalam bahan-bahan tertulis. Bahan atau teks yang dikaji biasanya adalah naskah kuno atau naskah klasik yang dimiliki suatu bangsa. Filologi merupakan ilmu interdisipliner antara linguistik, sejarah dan kebudayaan. Filsafat bahasa adalah merupakan subdisiplin linguistik yang mempelajari kodrat dan kedudukan  bahasa sebagai kegiatan manusia, serta dasar-dasar konseptual dan teoritis linguistik. Dalam filsafat bahasa ini terlibat terlibat ilmu linguistik dan ilmu filsafat. Dialegtologi adalah subdisiplin linguistik yang mempelajari batas-batas dialeg dan bahasa dalam suatu wilayahtertentu. Dialegtologi ini merupakan ilmu interdisipliner antara linguistik dan geografi.
d.      berdasarkan tujuan kajiannya, dibedakan antara linguistik teoritis dan linguistik terapan
Linguistik teoritis berusaha mengadakan penyelidikan terhadap bahasa-bahasa atau juga terhadap hubungan bahasa dan faktor-faktor yang berada diluar bahasa untuk menemukan kaidah-kaidah yang berlaku dalam objek kajiannya itu. Jadi, penelitiannya dilakukan untuk kepentingan teori belaka. Berbeda dengan linguistik teoritis, linguistik teoritis berusaha mengadakan penyidikan terhadap bahasa atau hubungan bahasa dengan faktor-faktor di luar bahasa untuk memecahkan masalah-masalah praktis yang terdapat di dalam masyaraka. Misalnya penyelidikan linguistik untuk pengajaran bahasa, penyusunan buku ajar, penerjemahan buku, penyusunan kamus, pembinaan bahasa nasional, penelitian sejarah pemahaman terhadap karyasastra, dan juga penyelesaian masalah politik.
Dewasa ini penyelidikan linguistik memang lebih banyak dilakukan untuk keperluan terapan ini.
e.       Berdasarkan aliran atau teori yang digunakan dalam penyelidikan bahasa dikenal adanya linguistik tradisional, linguistik struktural, linguistik transformasional, linguistik semantik generatif, linguistk relasional, dan linguistik sistemik.
Di luar bidang atau cabang yang sudah dibicarakan di atas masih ada bidang lain, yaitu menggeluti sejarah linguistik. Bidang sejarah linguistik ini berusaha menyelidiki perkembangan seluk beluk ilmu linguistik dari masa ke masa serta memelajari pengaruh ilmu-ilmu lain, dan pengaruh berbagai pranata masyarakat. Terhadap linguistik sepanjang  masa.
Dari uraian di atas, kita lihat betapa luasnya bidang, cabang, atau subdisiplin linguistik itu. Ini terjadi karena objek linguistik, yaitu bahasa, mempunyai jangkauan hubungan yang sangat luas di dalam manusia.. boleh dikatakan tidak ada kegiatan manusia yang tidak melibatkan penggunaan bahasa. Mungkin saja bila muncul kegiatan baru dalam kehidupan manusia, maka akan muncul lagi cabang linguistik baru. dulu sebelum ada kegiatan dengan komputer, belum ada cabang linguistik yang disebut mekanolinguistik atau linguistik komputer. Entah cabang linguistik apa pula yang akan muncul yang akan datang.
3.      Manfaat Studi Linguistik
Setiap ilmu, betapapun teoritisnya, tentu mempunyai manfaat praktis bagi kehidupan manusia. Bgitu juga dengan linguistik. Kita bisa bertanya manfaat apakah yang diberikan linguistik kepada kita.
Bagi linguistik sendiri, pengetahuan yang luas mengenai linguistik tentu akan akan sangat membantudalam menyelesaikan dan melaksanakan tugasnya. Bagi peneliti kritikus, dan peminat sastra, linguistik akan membantunya dalam memahami karya-karya sastra dengan lebih baik. Sebab bahasa yang menjadi objek penelitian linguistik, merupakan alat pelahiran karya sastra. Tidak mungkin kita memahami karya sastra dengan baik tanpa mempunyai pengetahuan mengenai hakikat dan struktur bahasa dengan baik. Apalagi kalau mengingat bahwa karya sastra menggunakan ragam bahasa khusus yang tidak sama dengan bahasa.
Bagi guru terutama guru bahasa, pengetahuan linguistik sangat penting mulai dari subdisiplinfonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan leksikologi, sampai dengan pengetahuan mengenai hubungan bahasa dengan kemasyarakatan dan kebudayaan. Bagaimana mungkin seorang guru bahasa dapat meltih keterampilan berbahasa kalau dia tidak menguasai fonologi? Bagaimana mungkin dia dapat melatih keterampilan menulis kalau tidak mengusai ejaan, morofologi, sintaksis, semantik, dan leksikologi, selain itu sebagai guru bahasa tidak hanya harus melatih keterampilan berbahasa, tetapi juga harus menerangkan kaidah-kaidah dengan bahasa dengan benar.
Mengapa? Misalnya me+ baca menjadi membaca sedangakn me+ dengar menjadi mendengarkan. Dia harus bisa menjelaskan kaidah tersebut. Bukan hanya mengatakan, memang begitulah seharusnya. Antara  pengajaran bahasa dengan linguistik memamang ada pandangan yang bertentangan. Pengajaran bebrsifat perskriptif atau normatif, sedangkan linguistik bersifat deskriptif. Maka di tangan guru yang memahami linguistikkedua pandangan yang berbeda itu bisa dipahami. Dia akan dapat merumuskan kaidah-kaidah perskriptif dan kaidah-kaidah deskriptif, sehinggah pengajaran dapat berhasil dengan baik.
Sebetulnya bukan hanya guru bahasa yang harus mempunyai pengetahuan linguistik, guru bidang studi lain pun juga terlibat dengan urusan bahasa setiap saat. Dia juga harus menjelaskan mata pelajaran bidang studinya dengan bahasa. Kalau mereka mempunyai pengetahuan linguistik, maka mereka akan dapat dengan lebih mudah menyampaikan mata pelajarannya.
Bagi penerjemah, pengetahuan linguistik mutlak diperlukan dan bukan hanya yang berkenaan dengan morfologi, sintaksis dan semantik saja, melainkan juga yang berkenaan dengan sosiolinguistik dan linguistik kontraktyif. Seorang penerjrmah bahasa inggris – indonesia harus bisa menerjemahkan, misalnya, my brother  menjadi kakak saya, adik saya, atau cucup saudara saya saja. Juga bagaimana struktur kalimat tanya  what is your name? Harus di terjemahkan menjadi siapa namamu? dan buakan menjadi apa namamu?, padahal what berarti ‘apa’.
Bagi penyusun kamus atau leksikografer, penguasaan semua aspek linguistik mutlak diperlukan, sebab pengetahuan linguistik akan memberi mafaat dalam menyelesaikan tuugasnya. Untuk bisa menyusun kamus dia harus mulai dengan menentukan ejaan atau grafem fonem-fonem tersebut dan juga memahami seluk belut bentuk dan pembentukan kata, struktur frase, struktus kalimat, makna lesikal, makna gramantikal, makna kontekstual, dan makna idiomantikal, serta latar belakang sosial bahsa tersebut. Tanpa pengetahuan semua aspek linguistik, kiranya tidak mungkin sebuah kamus dapat disusun.
Pengetahuan linguistik juga memberi manfaat bagi penyusun pembelajaran atau buku teks. Pengetahuan linguistik akan memberi tuntunan bagi penyusun buku teks dalam penyusunan kalimat yang tepat dengan memiliki kosa kata yang sesuai dengan jenjang usia pembaca buku tersebut. Tentunya buku diperuntuhkan bagi anak sekolah dasar harus berbeda bahasanya dengan yang diperuntuhakan bagi anak sekolah dan lanjutan atau bagi perguruan tinggi, maupun bagi masyarakat umum.




BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Pada hakikatnya bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional Indonesia dan sarana untuk berkomunikasi antar sesama manusia. Kemampuan berbahasa merupakan kemampuan yang hanya dimiliki oleh manusia. Namun kemampuan itu tidak dibawa sejak lahir dan dikuasai dengan sendirinya, melainkan harus dipelajari. Tanpa bahasa tidak akan mungkin manusia dapat berpikir lanjut serta mencapai kemajuan dan teknologi seperti sekarang ini. Untuk itu sangatlah penting mempelajari hakikat dan fungsi bahasa.
B.     Saran
Kami menyadari, dalam pembuatan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami sebagai penyusun berharap agar ada kritik dan saran dari semua pihak terutama dosen. Kami hanyalah manusia biasa. Jika ada kesalahan, itu datangnya dari kami sendiri. Dan jika ada kebenaran, itu datangnya dari Allah swt.





















2 komentar:

  1. The best casino site in Kenya - Lucky Club
    Play exciting online casino games with real money no registration required. Play with your phone. Grab a welcome bonus or free spins. luckyclub.live The best way to win real money

    BalasHapus
  2. El Cajon Casino Resort - Mapyro
    El Cajon Casino Resort 안동 출장안마 is located in 경산 출장샵 El Cajon, Arizona and is close to the airport. The property's 50000 안성 출장안마 square 의왕 출장안마 foot gaming space 양산 출장샵 features a variety

    BalasHapus